Rabu, 31 Desember 2008
Jumat, 01 Agustus 2008
NIRA POHON AREN PENGHASIL ETANOL
NIRA pohon aren (Arenga pinnata) yang selama ini hanya dikenal untuk bahan baku gula, atau hanya buahnya (kolang kaling) untuk bahan campuran es buah maupun makanan ringan lainnya, ternyata mengandung etanol yang cukup tinggi. Bahkan nira pohon aren ini dapat menghasilkan 1,2 liter etanol per pohon per hari. Kandungan etanol ini jauh lebih tinggi jika dibanding jenis tanaman lainnya.
Sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM), etanol dari nira pohon aren ini dinilai sangat menguntungkan karena dapat tumbuh subur dengan kondisi cuaca di Indonesia. Pohon aren dapat disadap niranya pada tanaman usia satu tahun. Jika ini dikembangkan secara besar-besaran, soal BBM Indonesia bisa seperti Timur Tengah.
Melihat potensi pohon aren yang begitu tinggi, jika satu batang pohon aren mampu menghasilkan 1,2 liter etanol per hari, maka untuk satu hektar lahan dengan jumlah tanaman 200 batang (dibuat minimal) paling tidak mampu menghasilkan sekitar 200 liter per hari. Dengan perhitungan ini maka setiap tahunnya diperkirakan dapat menghasilkan sekitar Rp 480 juta. Namun demikian dari perhitungan secara umum produktivitas etanol dari pohon aren ini mencapai 40.000 liter per hektar per tahun. Namun produksi ini jauh lebih tinggi jika dibanding tanaman lainnya seperti ubi kayu yang hanya mampu menghasilkan sekitar 2.000 hingga 7.000 liter per hektar per tahun, jagung 400 - 2.500 liter per hektar per tahun, tebu 3.000 - 8.500 per hektar per tahun, sorgum 1.500 - 5.000 per hektar per tahun dan lainnya.
Melihat produktivitas etanol yang lebih tinggi dengan harga yang terus melambung, Perhutani bisa beralih ke sana jika dibandingkan pohon pinus, pohon aren lebih menguntungkan, sebab untuk pinus dalam satu tahun per hektarnya hanya mampu menghasilkan kurang dari Rp 10 juta.
Melihat potensi pohon aren yang begitu tinggi, jika satu batang pohon aren mampu menghasilkan 1,2 liter etanol per hari, maka untuk satu hektar lahan dengan jumlah tanaman 200 batang (dibuat minimal) paling tidak mampu menghasilkan sekitar 200 liter per hari. Dengan perhitungan ini maka setiap tahunnya diperkirakan dapat menghasilkan sekitar Rp 480 juta. Namun demikian dari perhitungan secara umum produktivitas etanol dari pohon aren ini mencapai 40.000 liter per hektar per tahun. Namun produksi ini jauh lebih tinggi jika dibanding tanaman lainnya seperti ubi kayu yang hanya mampu menghasilkan sekitar 2.000 hingga 7.000 liter per hektar per tahun, jagung 400 - 2.500 liter per hektar per tahun, tebu 3.000 - 8.500 per hektar per tahun, sorgum 1.500 - 5.000 per hektar per tahun dan lainnya.
Melihat produktivitas etanol yang lebih tinggi dengan harga yang terus melambung, Perhutani bisa beralih ke sana jika dibandingkan pohon pinus, pohon aren lebih menguntungkan, sebab untuk pinus dalam satu tahun per hektarnya hanya mampu menghasilkan kurang dari Rp 10 juta.
Minggu, 13 Juli 2008
Biji Buah Nyamplung Bahan Baku Alternatif Minyak Tanah
Semakin menipisnya cadangan minyak dari bahan bakar fosil memang mengkhawatirkan banyak pihak.Paling tidak, naiknya harga minyak mentah dunia, USD145 per barel pada juli 2008, sebagai salah satu bukti. Demi menemukan sumber bahan bakar alternatif, seluruh negara di dunia mulai berlomba-lomba mengembangkannya. Salah satunya karya penelitian siswa SMAN 6 Yogyakarta Aditya Prabhaswara dan Fathur Rahman, yang tidak ada salahnya jika menjadi salah satu solusi.
Biji buah nyamplung yang sering dianggap tidak berguna, ternyata bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku alternatif minyak tanah. Pengolahannya pun sederhana. Ketahanan pembakarannya dua kali lipat lebih lama dibandingkan minyak tanah dari bahan bakar fosil.
"Kami mengamati bahwa buah nyamplung selama ini tidak pernah dimanfaatkan. Berdasarkan pengamatan fisik, buah nyamplung yang sudah tua dan jatuh dari pohon memiliki kandungan minyak," paparnya seperti dikutip dari Harian Sindo.
Dugaan itu semakin tampak jelas ketika buah nyamplung disulut api. Buah itu tidak segera habis, tapi dapat mempertahankan nyala api dalam waktu cukup lama. Hal itu kemungkinan karena ada kandungan minyak di dalam biji buah.
Fathur Rahman dan rekannya mulai melakukan penelitian tentang manfaat nyamplung tersebut sejak Agustus hingga Oktober 2007 di beberapa wilayah Yogyakarta. Beberapa peralatan yang mereka gunakan dalam penelitian itu, yakni kompor, palu, blender, kain,gelas ukur 200 ml, neraca 3 lengan, biji nyamplung 1,5 kilogram, air, alkohol 96%, alat pres, alat destilasi, serta penggorengan tanah liat dan kayu. Cara pengolahan dalam penelitian itu, yakni biji nyamplung dikeluarkan dari cangkangnya dengan bantuan palu,kemudian disangrai. Hal itu bisa juga dilakukan dengan bantuan oven.
Sebab, tujuannya hanya untuk menguapkan kandungan air dalam biji buah tersebut. Kemudian,biji buah didinginkan dan dihancurkan dengan blender khusus biji-bijian. Lalu, biji yang sudah hancur itu dipres menggunakan mesin pres dan diambil minyaknya. ’’Ini tahap pertama minyak bisa dihasilkan. Setelah itu, ampasnya masih bisa diolah lagi. Ampas yang terakhir bisa dibuat menjadi briket arang.Sebab,kami memang menginginkan zero waste,’’ papar Fathur. Ampas tersebut bisa dimanfaatkan kembali dengan dicampur alkohol 96%, kemudian dibungkus kain dan diperas kembali. Itu bisa menghasilkan minyak nyamplung dan alkohol 96%, kemudian dilakukan destilasi.
Untuk satu kali pengolahan, mereka bisa mendapatkan dua bagian minyak nyamplung, satu bagian alkohol 96% dan satu bagian ampas nyamplung. Fathur menyatakan, setelah itu dilakukanlah uji perbandingan daya bakar antara minyak biji nyamplung dengan minyak tanah. Minyak biji nyamplung itu bisa memiliki daya bahan bakar selama 11,8 menit, sedangkan minyak tanah 5,6 menit dengan takaran 1 mililiter (ml) minyak biji nyamplung dan minyak tanah. Itu menunjukkan bahwa minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah.
Sementara itu, saat uji coba untuk mendidihkan air, ternyata minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml. Namun, Fathur menjelaskan, kelemahan dari minyak biji nyamplung adalah kapilaritasnya yang tidak sebagus minyak tanah. Karena itulah dibutuhkan kompor yang lebih rendah dengan sumbu lebih pendek dibandingkan kompor biasa. Meski demikian, kualitas pembakaran dan nyala api tidak diragukan lagi kemampuannya.
"Untuk minyak nyamplung, desain kompornya harus lebih rendah.Kami juga sudah menyiapkan kompor,mesin pres,dan lain-lain," tandasnya. Karya Fathur Rahman dan rekannya ini memperoleh juara I dalam lomba karya tulis tingkat SMA 2007,Wisata Iptek dan Temu Pakar, yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi.
Biji buah nyamplung yang sering dianggap tidak berguna, ternyata bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku alternatif minyak tanah. Pengolahannya pun sederhana. Ketahanan pembakarannya dua kali lipat lebih lama dibandingkan minyak tanah dari bahan bakar fosil.
"Kami mengamati bahwa buah nyamplung selama ini tidak pernah dimanfaatkan. Berdasarkan pengamatan fisik, buah nyamplung yang sudah tua dan jatuh dari pohon memiliki kandungan minyak," paparnya seperti dikutip dari Harian Sindo.
Dugaan itu semakin tampak jelas ketika buah nyamplung disulut api. Buah itu tidak segera habis, tapi dapat mempertahankan nyala api dalam waktu cukup lama. Hal itu kemungkinan karena ada kandungan minyak di dalam biji buah.
Fathur Rahman dan rekannya mulai melakukan penelitian tentang manfaat nyamplung tersebut sejak Agustus hingga Oktober 2007 di beberapa wilayah Yogyakarta. Beberapa peralatan yang mereka gunakan dalam penelitian itu, yakni kompor, palu, blender, kain,gelas ukur 200 ml, neraca 3 lengan, biji nyamplung 1,5 kilogram, air, alkohol 96%, alat pres, alat destilasi, serta penggorengan tanah liat dan kayu. Cara pengolahan dalam penelitian itu, yakni biji nyamplung dikeluarkan dari cangkangnya dengan bantuan palu,kemudian disangrai. Hal itu bisa juga dilakukan dengan bantuan oven.
Sebab, tujuannya hanya untuk menguapkan kandungan air dalam biji buah tersebut. Kemudian,biji buah didinginkan dan dihancurkan dengan blender khusus biji-bijian. Lalu, biji yang sudah hancur itu dipres menggunakan mesin pres dan diambil minyaknya. ’’Ini tahap pertama minyak bisa dihasilkan. Setelah itu, ampasnya masih bisa diolah lagi. Ampas yang terakhir bisa dibuat menjadi briket arang.Sebab,kami memang menginginkan zero waste,’’ papar Fathur. Ampas tersebut bisa dimanfaatkan kembali dengan dicampur alkohol 96%, kemudian dibungkus kain dan diperas kembali. Itu bisa menghasilkan minyak nyamplung dan alkohol 96%, kemudian dilakukan destilasi.
Untuk satu kali pengolahan, mereka bisa mendapatkan dua bagian minyak nyamplung, satu bagian alkohol 96% dan satu bagian ampas nyamplung. Fathur menyatakan, setelah itu dilakukanlah uji perbandingan daya bakar antara minyak biji nyamplung dengan minyak tanah. Minyak biji nyamplung itu bisa memiliki daya bahan bakar selama 11,8 menit, sedangkan minyak tanah 5,6 menit dengan takaran 1 mililiter (ml) minyak biji nyamplung dan minyak tanah. Itu menunjukkan bahwa minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah.
Sementara itu, saat uji coba untuk mendidihkan air, ternyata minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml. Namun, Fathur menjelaskan, kelemahan dari minyak biji nyamplung adalah kapilaritasnya yang tidak sebagus minyak tanah. Karena itulah dibutuhkan kompor yang lebih rendah dengan sumbu lebih pendek dibandingkan kompor biasa. Meski demikian, kualitas pembakaran dan nyala api tidak diragukan lagi kemampuannya.
"Untuk minyak nyamplung, desain kompornya harus lebih rendah.Kami juga sudah menyiapkan kompor,mesin pres,dan lain-lain," tandasnya. Karya Fathur Rahman dan rekannya ini memperoleh juara I dalam lomba karya tulis tingkat SMA 2007,Wisata Iptek dan Temu Pakar, yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi.
Sabtu, 14 Juni 2008
MENGHEMAT MOTOR DENGAN AIR
Temen-temen yang pengen bereksperimen untuk menghemat BBM motor/mobilnya, bisa coba trik berikut ini. Untuk alat ini telah di uji coba/dipasang di ratusan motor/mobil di Jogja.
- Sediakan botol plastik
- Kabel secukupnya
- Lampu 12V
- Logam sebagai elektroda
- Air murni/air hujan/air ac/aquades dll
- dioda brite 25A/35A
- KOH 10 gr/500cc air
Untuk prosentase hematnya tergantung pada kondisi mesin motor/mobil dan cara anda menyetir. Tapi telah dibuktilan bahwa rata-rata hematnya 30-70%, lumayan kan?
Selamat mencoba! Terus bereksperimen siapa tahu bisa 100% tanpa BBM
CATATAN :
HATI-HATI PADA SAAT MEMASANG ALAT INI, PASTIKAN DI SEKITAR ANDA TIDAK ADA API (JANGAN MEROKOK) GAS HIDROGEN YANG DIHASILKAN MUDAH MELEDAK BILA BOCOR.
Langganan:
Postingan (Atom)